MENGENAL
LEBIH DEKAT
BIOGRAFI
PENGARANG KITAB BULUGH AL- MARĀM
AL-HAFIDZ IBNU HAJAR AL-ASQALĀNY
(773
– 852 H = 1372 – 1449 M)
Beliau adalah Ahmad bin ‛Ali bin
Muhammad bin Muhammad bin ‛Ali bin Mahmūd bin Ahmad bin Hajar al-Kanāni
al-Asqalāni, lahir dan tumbuh dewasa hingga meninggal di Mesir serta bermadzhab
Syafi’iy. Beliau juga berstatus sebagai seorang hakim agung (qadli qudlat),
seorang guru besar (syaikh al-islam), sekaligus amirul mukminin di
bidang hadits. Di lahirkan di Mesir pada tanggal 23 Sya’ban 773 H. Sewaktu
masih kecil, bapak beliau telah meninggal dunia, lalu
setelah berumur lima tahun beliau dimasukkan di al-kuttab untuk menimba ilmu. Dan al-Qur’an al-Karim telah
beliau hapalkan diluar kepala ketika berumur sembilan tahun.
Di akhir tahun 784 H. beliau
menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya, lalu menetap di Makkah pada tahun
berikutnya, yakni setelah selesai menunaikan ibadah haji tersebut, untuk mendalami
ilmu agama dari para ulama yang ada di sana. Dalam periode ini, beliau mengkaji kitab Sahih
Bukhari pada as-Syech Afifuddin yang berasal dari Naisabur dan telah menetap di Makkah. Syech Afifuddin ini adalah
guru yang pertama di bidang hadits. Pada tahun itu, beliau mampu menghatamkan
al-Qur’an di saat melaksanakan shalat Tarawih di Masjidil Haram. Lalu pada tahun 786 H. beliau
belajar kitab Sahih Bukhari di Mesir kepada as-Syech Abdurrachim bin Rāzin. Dan pengembaraannya diteruskan menuju Damaskus untuk belajar
kepada para murid as-Syech al-Qasim bin ‘Asākir serta para ulama besar lainnya.
Beliau belajar fiqh pada as-Syech Sirājuddin al-Bulqiniy dan as-Sirāj bin
al-Mulqin. Dan akhirnya, beliau di angkat menjadi hakim agung (qadli qudlat) di
Mesir, dengan mengajarkan hadits dan fiqh di tengah menjalankan tugas tersebut, serta berangkat
menunaikan ibadah haji berkali-kali. Selama priode pencarian ilmu, telah banyak daerah yang di
datangi beliau. Makkah dan Madinah (al-Haramain), Iskandariah (alexandria), Baitul
Maqdis, al-Kholil, Nablus, Ramlah, Ghuzzah, Yaman dll. adalah sederetan negeri
yang pernah beliau singgahi selama proses pencarian ilmu.
Imam as-Syaukani berkata: “beliau
adalah pakar hadits dengan gelar al-Hāfidz al-Kabīr al-Imam, seorang pakar dalam
periode terakhir yang tiada duanya, ahli di bidang hadits dan penyebab
kelemahannya (al-‘ilal). Kapasitas beliau dalam segi hapalan (al-hifd)
dan kemahiran (al-itqān) diakui oleh semua kalangan, tidak hanya
orang-orang dekat dan para teman-temannya saja, bahkan orang-orang yang jauh
sekalipun dan para musuh-musuhnya, sama-sama mengakui kelebihan yang dimiliki
beliau tersebut. Sehingga dengan begitu, gelar “al-Hāfidz” yang disandang
beliau benar-benar telah mendapat pengakuan secara menyeluruh (ijma’).
Para pencari ilmu dari berbagai penjuru negeri, datang berduyun-duyun untuk
belajar kepada beliau. Dan karya-karya ilmiah yang beliau torehkan benar-benar
telah tersebar luas keseluruh negeri sewaktu beliau masih hidup”. Seorang murid
yang bernama Ibnu Tagriy Bardiy bertutur: “beliau memiliki uban yang bersinar,
kewibawaan, keagungan, dan disegani, disamping pula seorang yang jenius, murah
hati (sabar), pribadi yang tenang, bijak
di dalam mengambil keputusan hukum dan pribadi yang simpatik (berkharisma)”. Al-Biqāiy
yang juga seorang murid mengatakan: “kecepatan beliau dalam memahami persoalan
serta memori otak yang benar-benar kuat sungguh mengagumkan, beliau mahir dan piawai
dalam memaparkan (memetakkan) sebuah persoalan, dan kecerdasan nya diduga
sebagai sebuah ketersingkapan (al-kasyf), fikirannya yang halus sehalus hati beliau, bila
merenung mampu menembus rahasia-rahasia yang sulit dipecahkan, memiliki
kesabaran yang kuat, serta keteguhan hati dalam menghadapi musibah dan
bencana”.
إِنَّ
الزَّمَانَ بِمِثْلِهِ لَبَخِيْلُ
|
*
|
هَيْهَاتَ أَنْ
يَأْتِىَ الزَّمَانُ بِمِثْلِهِ
|
Sungguh amat jauh menantikan kehadiran sosok yang menyerupai beliau, dan
hal ini boleh dikatakan sebuah kebakhilan (kelangkaan).
Para Maha Guru
Beliau
Ibnu Hajar sering kali melakukan perjalanan ke berbagai penjuru negeri. Di
tengah perjalanan ini, beliau sempat bertemu dengan para tokoh-tokoh yang
berpengaruh, juga dengan para maha guru yang berjiwa besar, tulus dalam
mengajarkan ilmu. Di antara guru-guru beliau adalah:
1. Imam Jalaluddin al-Bulqiniy yang
terkenal dengan hapalan yang luas dan banyak mengakaji ilmu.
2. Ibnu al-Mulqin yang memiliki banyak
karangan.
3. Imam al-‛Iraqi yang berpengetahuan luas di bidang ilmu hadits. Kepada
beliau, Ibnu Hajar menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu, kira-kira sepuluh
tahun lamanya. Sehingga banyak ilmu yang diperoleh selama berguru pada beliau dalam
rentang waktu sepuluh tahun tersebut.
4. al-Haitsami yang ahli di bidang
hapalan matan-matan hadits dan ketepatan dalam penyampaian.
5. al-Fairuz Abadi yang ahli di bidang bahasa.
6. al-Ghimariy yang ahli di bidang
ilmu-ilmu Arab.
7. al-Muhib Ibnu Hisyam dan al-‛Iz Ibnu Jamā‛ah
yang ahli dalam berbagai ilmu (multi disiplin),
8. at-Tanukhiy yang ahli di bidang ilmu qirā’at dan sanad-sanad yang ‛Aliy
(tinggi).
Yang jelas, maha guru Ibnu Hajar banyak sekali, dan nama-nama
para maha guru ini beliau kumpulkan dalam sebuah kitab yang berjudul
“al-Mujma’-Mu’assas li al-Mu’jam al-Mufahras”.
Kepakaran
Ibnu Hajar di Berbagai Bidang Ilmu
Dengan cita-cita yang tinggi dan
semangat yang besar di samping modal kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan
hapalan yang begitu kuat serta jeli di dalam memahami persoalan, beliau Ibnu
Hajar mampu menyerap segala apa yang disampaikan para gurunya dalam berbagai
disiplin ilmu, hingga akhirnya menjadikan beliau sebagai seorang figur yang
multi disiplin dalam berbagai bidang ilmu-ilmu keislaman, beliau pun terkenal
dan menjadi buah bibir masyarakat. Dan karya-karya beliau banyak yang dijadikan
sebagai sumber rujukan, oleh karena faktor selektif dan teliti dan juga
faktor-faktor keistemawaan lainnya. Berikut ini klasifikasi dari berbagai bidang kepakaran
beliau:
1)
Di bidang Nahwu, Sastra, dan
Bahasa.
Di bidang Nahwu, beliau memiliki wawasan yang luas
sekali, disertai dengan hujjah-hujjah yang kuat. Kepakaran ini nampak pada saat
beliau mengurai berbagai persoalan nahwu yang cukup sulit dan rumit, juga pada
saat mengajukan argumentasi dari dalil-dalil al-Qur’an dan hadits, serta pada
waktu memberi sanggahan kepada para tokoh-tokoh nahwu.
2) Di
bidang Sejarah.
Beliau gemar sekali mengkaji bidang sejarah, tentang
riwayat perjalanan hidup para tokoh sejarah, dan peristiwa-peristiwa penting
kesejarahan lainnya. Dan juga tak kalah pentingnya adalah luasnya pengetahuan beliau
tentang biografi para perawi hadits. Sehingga dengan begitu, para mitra
debatnya sama segan dan berkenan untuk menggunakan hasil-hasil pemikiran
beliau. Dan dengan kejernihan hati yang beliau miliki, banyak hal terkait
bidang kesejarahan yang dikuasai.
3) Di
bidang Tafsir.
Terhadap kitab suci al-Qur’an, dedikasi yang beliau
berikan teramat tinggi. Baik dengan menghapalnya di luar kepala, mendalami isi
kandungan maknanya, serta luasnya pengetahuan beliau dalam keragaman jenis
bacaan al-Qur’an (ilmu qirā’āt) itu sendiri. Perhatian beliau juga
mendalam tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsirnya, tentang nasikh dan mansukh,
muthlaq dan muqayyad, redaksi yang umum (‘ām) dan yang khusus
(khōs). Dengan demikian, tepatlah bila beliau dinilai sebagai
representasi dari tanda kekuasaan Allah (āyat min āyātillah) di bidang
tafsir al-Qur’an.
4) Di
bidang Fiqih.
Metode fiqih beliau memiliki kategori yang berbeda dari
corak fiqih pada umumnya. Sebab fiqih yang dikuasai adalah fiqih yang
menggabungkan atau mengkomparasikan antar hadits dan fiqih sekaligus. Adalah
langka bila dua bidang ilmu ini mampu dikuasai secara bersamaan oleh satu orang,
dan beliau tercatat sebagai seorang tokoh yang mampu menguasai dua bidang itu. Imam
Ibnu Hajar berada di garis terdepan di
bidang hadits beserta fiqih hadits (fiqh al-hadits). Beliau memiliki
kemampuan untuk menggali hukum (istinbath al-hukm) secara langsung dari
nash al-Qur’an. Juga memiliki kemampuan dalam mengumpulkan berbagai
persoalan-persoalan yang mirip dan memiliki kesamaan hukum dan membukukannya
dalam sebuah karangan kitab. Dengan kecakapan yang sedemikian itu, beliau merupakan
tokoh dengan tipikal pakar hadits dari golongan ulama fiqih, sekaligus pakar
fiqih dari golongan ulama hadits.
5) Di
bidang Hadits.
Imam Ibnu Hajar adalah seorang pakar yang langka di
bidang ilmu hadits, baik dalam sigi periwayatannya beserta dirayah-nya. Mahir
dalam penguasaan tentang penyebab kelemahan hadits (al-‘ilal), bidang
kritik sanad hadits (naqd al-asānīd), tentang nama-nama para perawi
hadits, tentang kepribadian para perawi hadits (ahwāl ar-ruwāt), serta tentang
jarh dan ta’dīl. Sedemikian luasnya pengetahuan tersebut, beliau
pun menyandang predikat yang terdepan dalam berbagai disiplin ilmu hadits.
Dengan demikian, beliau merupakan seorang pakar hadits yang sejati yang
benar-benar langka dan tiada duanya, hingga pada akhirnya beliau menjadi sandaran para generasi setelahnya, subhana-Allah.
Murid – Murid Ibnu Hajar
Keberadaan guru dan murid merupakan
kesatuan yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena
dengan terpenuhinya kesatuan itu, proses pengamalan ilmu dan pengajarannya
dapat berjalan. Dan tugas menjadi seorang pendidik adalah tugas mulia. Jadi,
kehadiran seorang murid dapat menjadi perantara kemulyaan seorang guru. Juga
sebaliknya, seorang murid menjadi mulia dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari
gurunya. Bila di dalam kitab Ihya’ Imam al-Ghazali sempat meriwayatkan sabda
Nabi Isa Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang berbunyi:“barang siapa
memiliki ilmu, mengamalkan serta mengajarkannya, maka dirinya dipanggil
sebagai orang yang agung di kerajaan
langit”, maka keagungan bagi sosok Imam Ibnu Hajar benar-benar komplit dan
sempurna. Hal ini ditunjang dengan kesuksesan beliau dalam mengkader murid-murid
yang handal, pakar di bidangnya, dan menjadi tokoh besar, yang tentunya
mengharumkan nama beliau. Di antara murid-murid Imam Ibnu Hajar adalah:
1)
al-Hāfidz as-Shakhāwiy (831 – 902
H).
Beliau
adalah ulama besar yang multi disiplin. Bidang-bidang ilmu yang dikuasainya diantaranya
adalah: ilmu sejarah, tafsir, fiqh, bahasa (lughat), dan sastra. Di
dalam bidang hadits dan rawi hadits beliau adalah seorang pakar, dan pada masa
generasinya ilmu al-jarh wa at-ta’dil terpusat pada beliau. Adapun
karya-karyanya adalah Fathu al-Mughits syarah Alfiyah hadits li al-‘Irāqiy,
syarah at-Taqrib li an-Nawawiy, al-Maqāsid al-Khasanah, dan syarah as-Syamāil li
at-Turmudziy.
2)
Zakariya al-Anshāriy (826 – 926 H).
Beliau adalah maha guru (syaikh
al-islam) juga seorang hakim kepala (qadli qudlat),
juga seorang pakar hadits sekaligus ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pengetahuan
beliau juga luas di bidang ilmu qirā’at,
tasawwuf, nahwu, dan mantiq. Karya-karya beliau di antaranya adalah fathu
ar-rahman, Tuhfah al-Bāriy
‘ala shahih al-Bukhāri, syarah Syudzur ad-Dzahab, Ghāyah al-Wushul, Asnal
Mathālib syarah Raudz at-Thālib dll.
3) Al-Kamāl
Ibnu al-Hammām (790 – 861 H)
Seorang pakar yang multi disipiln.
Bidang-bidang yang dikuasai beliau di antaranya adalah fiqh, ushul fiqh,
tafsir, farāidz,
tasawwuf, nahwu, shorf dll. Karya-karya beliau yang masyhur di antaranya adalah
Fathu al-Qadir syarah al-Hidayah fiqh madzhab Hanafi, at-Tahrir, Zādul Faqīr dll.
4)
Ibnu Tagriy Bardiy (813 – 874 H)
Seorang alim dan sejarawan, di
antara karyanya adalah al-Manhal as-Shāfiy wa Mustaufiy ba’da al-Wāfiy, an-Nujūm az-Zhāhirah fi Mulūk
Mishr wa al-Qāhirah, Hawadits ad-Dhuhūr dll.
5)
Abu
al-Fadzl Ibnu as-Syahnah (804 – 890 H)
Seorang yang ahli di bidang fiqh,
ushul, hadits, sastra dan sejarah. Karya beliau di antaranya adalah Thabaqāt al-Hanafiyyah, Nihāyah an-Nihāyah
fi syarh al-Hidāyah.
Karya - Karya
Ibnu hajar
Sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hāfidz as-Shakhāwiy di dalam kitab “al-Jawāhir wa
ad-Dhurar”, karya tulis Imam Ibnu Hajar kurang lebih mencapai 270 karangan,
versi lain sebagaimana dikatakan oleh Imam as-Suyutiy di dalam kitab “Nadzm
al-Uqyān” karya tulis Imam Ibnu Hajar mencapai kisaran 198 buah judul,
sedangkan menurut Imam al-Biqā’iy karya Ibnu Hajar berjumlah 142 karya. Lain
lagi menurut Hāji Khalifah di dalam kitab “Kasyfu ad-Dzunūn”, menurut beliau
karya tulis Imam Ibnu Hajar jumlahnya lebih dari seratus judul.
Berikut beberapa nama kitab Imam Ibnu
Hajar dengan klasifikasi disiplin ilmu masing-masing: di bidang Aqidah; al-Āyāt
an-Nayyirāt fi Ma’rifah al-Khawāriq wa al-Mu’jizāt, dan al-Bahtsu an Ahwāl
al-Ba’ts. Di bidang Ilmu-ilmu al-Qur’an; al-Itqān fi Jam’i Ahādīs
Fadzāil al-Qur’an, al-Ahkām libayān ma waqa’a fi al-Qirā’āt min al-Ibhām. Di
bidang Ilmu-Ilmu Hadits; Bulugh al-Marām, Fathu al-Bāriy syarah Shahih
al-Bukhariy, Taqrib at-Tahdzib, Ithāf al-Maharah bi Atrāf al-‘Asyrah, al-Abdāl
ash-Shafiyyāt min ats-Tsaqafiyyāt, al-Istidrāk ‘ala al-Hāfidz al-‘Irāqiy fi
Takhrīj Ahādīts al-Ihyā’, al-Istidrāk ‘ala Nukat Ibnu ash-Shalah, Athrāf
ash-Shahihain ‘ala al-Abwāb wa al-Masānīd, Athrāf al-Firdaus li Addailami,
Afrād Muslim ‘an al-Bukhori, al-Intifā’ bi Tartīb ad-Dāraquthni ‘ala al-Anwā’, Tartib
al-‘Ilal ‘ala al-Anwā’, Atrāf al-Firdaus li ad-Dailamiy, Taghlīq at-Ta’līq, Atrāf
as-Shahihain ‘ala al-Abwāb wa al-Masānīd. Di bidang Sejarah dan Biografi;
al-Ishābah fi Tamyiz as-Shahābah, ad-Dhurār al-Kāminah fi A’yān al-Mi’ah
ats-Tsāminah. Di bidang Bahasa
(lughat); al-Ashlah fi Imamah al-Afshah. Dan tentunya, masih banyak lagi nama-nama kitab yang belum tercantum
disini.
Khusus untuk karya beliau dengan judul “Bulugh al-Marām min Adillah
al-Ahkām” yang menjadi materi pelajaran utama di Madrasah Putri
al-Ghazaliyyah (MPG), disamping juga menjadi materi pelajaran di berbagai
lembaga pendidikan di Nusantara, baik Pesantren ataupun Madrasah Diniyyah dan
Kurikulum, adalah karya agung di bidang hadits. Sehingga―meskipun dinilai
ringkas―mengungguli karya-karya lainnya di bidang hadits, yang keunggulan ini
di topang oleh beberapa keistimewaan-keistimewaan yang tidak ditemukan dalam
kitab-kitab hadits yang sudah beredar, terkhusus keunggulan atas kitab “Mutaqa
al-Ahbār” karya Majd Ibnu Taimiyyah. Di antara kistemewaan-keistimewaan
tersebut adalah:
1.
Kitab Bulugh al-Marām menyingung
tentang tingkatan kualitas sebuah hadits, baik derajat ke-sahihan, hasan,
juga ke-dha’ifannya. Keistimewaan ini tidak dijumpai pada kitab Mutaqa
al-Ahbār.
2.
Dalam menghadirkan hadits di
setiap bab, kitab Bulugh al-Marām lebih menekankan pada hadits yang sahih.
3.
Ringkasan-ringkasan hadits dalam Bulugh
al-Marām tidak sampai merusak redaksi yang diriwayatkan.
4.
Menyebutkan tentang al-Jarh
dan at-Ta’dil secara ringkas.
5.
Seringkali menyebutkan para
perawi hadits yang tidak termasuk dalam kelompok pemilik kitab hadits yang
berjumlah tujuh (ashħab al-kutub as-sab’ah), beserta penjelasan tentang
hukum al-Jarh dan at-Ta’dil atas riwayat-riwayat mereka.
6.
Menuturkan tentang berbagai
madzhab dengan tanpa sikap fanatisme kemadzhaban.
Disamping
keistimewaan di atas, juga keistimewaan-keistimewaan lain yang menjadikan kitab
Bulugh al-Marām ini begitu penting dan menarik perhatian bagi para santri (thalib
al-‘ilm), sehingga membangkitkan cita-cita tinggi para ulama untuk
mengkaji, memahami dan memanfaatkannya. Tidaklah mengherankan jika pada
akhirnya banyak ulama yang memberikan komentar (syarah) bagi kitab Bulugh
al-Marām, yang di antaranya adalah: al-Badr at-Tamām, Subul as-Salām, Fathu
al-‘Allām, Misk al-Khitām, Ibanah al-Ahkām, Taudhih al-Ahkām, dll.
Yang jelas, produktifitas dari karya beliau yang begitu banyak dan terdiri
dari berjilid-jilid kitab, mengajak kita berfikir sejenak mengikrarkan
keagungan dan kemulyaan bahwa Allah Subhana wa Ta’ala telah melimpahkan
keberkahannya kepada al-Hāfidz Imam Ibnu Hajar. Sehingga waktu, umur dan
jiwa-raga beliau benar-benar bermanfaat, sepenuhnya dapat dioptimalkan untuk
menghasilkan karya-karya ilmiah yang begitu banyak dan mengagumkan. Bagi
generasi di masa sekarang ini, meluangkan waktu sekedar untuk membaca kekayaan
intelektual tersebut akan terasa sempit dan pendek, apalagi untuk membikin
sebuah karya tulis seperti yang telah beliau goreskan dengan tinta emasnya,
bisa dibayangkan betapa pendek dan sempitnya waktu untuk menciptakan karya yang
menyamai karya-karya agung beliau itu.
Beliau meninggal pada tanggal 28 Dzul Hijjah 852 H, dan jenazahnya di
shalatkan sebelum Dhuhur di Mushalla ar-Ramilah yang terletak di pinggiran luar
kota Mesir. Prosesi pelepasan beliau ke tempat peristirahatan terakhir dihadiri
oleh para ribuan pentakziyah yang turut berduka cita atas kepergian beliau,
hingga akhirnya jenazah beliau dikuburkan di Qarafah Sugra, semoga Allah
senantiasa mencurahkan rahmat kasih sayang-Nya kepada beliau, amien. [ ]
[ Refrensi: dirangkum dari beberapa catatan
biografi pendek yang terdapat di dalam kitab: Bulugh al-Marām, Ibanah
al-Ahkām, Ihya’ ‘Ulūm ad-Dien, Fathu al-Bāri, dan Subul as-Salām ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar