Jumat, 07 Desember 2012

Biografi Ulama

MENGENAL LEBIH DEKAT
BIOGRAFI PENGARANG KITAB BULUGH AL- MARĀM
 AL-HAFIDZ IBNU HAJAR AL-ASQALĀNY
(773 – 852 H = 1372 – 1449 M)
Beliau adalah Ahmad bin ‛Ali bin Muhammad bin Muhammad bin ‛Ali bin Mahmūd bin Ahmad bin Hajar al-Kanāni al-Asqalāni, lahir dan tumbuh dewasa hingga meninggal di Mesir serta bermadzhab Syafi’iy. Beliau juga berstatus sebagai seorang hakim agung (qadli qudlat), seorang guru besar (syaikh al-islam), sekaligus amirul mukminin di bidang hadits. Di lahirkan di Mesir pada tanggal 23 Sya’ban 773 H. Sewaktu masih kecil,  bapak beliau telah meninggal dunia, lalu setelah berumur lima tahun beliau dimasukkan di al-kuttab untuk menimba ilmu. Dan al-Qur’an al-Karim telah beliau hapalkan diluar kepala ketika berumur sembilan tahun.
Di akhir tahun 784 H. beliau menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya, lalu menetap di Makkah pada tahun berikutnya, yakni setelah selesai menunaikan ibadah haji tersebut, untuk mendalami ilmu agama dari para ulama yang ada di sana. Dalam periode ini, beliau mengkaji kitab Sahih Bukhari pada as-Syech Afifuddin yang berasal dari Naisabur dan telah menetap di Makkah. Syech Afifuddin ini adalah guru yang pertama di bidang hadits. Pada tahun itu, beliau mampu menghatamkan al-Qur’an di saat melaksanakan shalat Tarawih di Masjidil Haram. Lalu pada tahun 786 H. beliau belajar kitab Sahih Bukhari di Mesir kepada as-Syech Abdurrachim bin Rāzin. Dan pengembaraannya diteruskan menuju Damaskus untuk belajar kepada para murid as-Syech al-Qasim bin ‘Asākir serta para ulama besar lainnya. Beliau belajar fiqh pada as-Syech Sirājuddin al-Bulqiniy dan as-Sirāj bin al-Mulqin. Dan akhirnya, beliau di angkat menjadi hakim agung (qadli qudlat) di Mesir, dengan mengajarkan hadits dan fiqh di tengah menjalankan tugas tersebut, serta berangkat menunaikan ibadah haji berkali-kali. Selama priode pencarian ilmu, telah banyak daerah yang di datangi beliau. Makkah dan Madinah (al-Haramain), Iskandariah (alexandria), Baitul Maqdis, al-Kholil, Nablus, Ramlah, Ghuzzah, Yaman dll. adalah sederetan negeri yang pernah beliau singgahi selama proses pencarian ilmu.
Imam as-Syaukani berkata: “beliau adalah pakar hadits dengan gelar al-Hāfidz al-Kabīr al-Imam, seorang pakar dalam periode terakhir yang tiada duanya, ahli di bidang hadits dan penyebab kelemahannya (al-‘ilal). Kapasitas beliau dalam segi hapalan (al-hifd) dan kemahiran (al-itqān) diakui oleh semua kalangan, tidak hanya orang-orang dekat dan para teman-temannya saja, bahkan orang-orang yang jauh sekalipun dan para musuh-musuhnya, sama-sama mengakui kelebihan yang dimiliki beliau tersebut. Sehingga dengan begitu, gelar “al-Hāfidz” yang disandang beliau benar-benar telah mendapat pengakuan secara menyeluruh (ijma’). Para pencari ilmu dari berbagai penjuru negeri, datang berduyun-duyun untuk belajar kepada beliau. Dan karya-karya ilmiah yang beliau torehkan benar-benar telah tersebar luas keseluruh negeri sewaktu beliau masih hidup”. Seorang murid yang bernama Ibnu Tagriy Bardiy bertutur: “beliau memiliki uban yang bersinar, kewibawaan, keagungan, dan disegani, disamping pula seorang yang jenius, murah hati (sabar), pribadi yang tenang,  bijak di dalam mengambil keputusan hukum dan pribadi yang simpatik (berkharisma)”. Al-Biqāiy yang juga seorang murid mengatakan: “kecepatan beliau dalam memahami persoalan serta memori otak yang benar-benar kuat sungguh mengagumkan, beliau mahir dan piawai dalam memaparkan (memetakkan) sebuah persoalan, dan kecerdasan nya diduga sebagai sebuah ketersingkapan (al-kasyf),  fikirannya yang halus sehalus hati beliau, bila merenung mampu menembus rahasia-rahasia yang sulit dipecahkan, memiliki kesabaran yang kuat, serta keteguhan hati dalam menghadapi musibah dan bencana”.  
إِنَّ الزَّمَانَ بِمِثْلِهِ لَبَخِيْلُ
*
هَيْهَاتَ أَنْ يَأْتِىَ الزَّمَانُ بِمِثْلِهِ
Sungguh amat jauh menantikan kehadiran sosok yang menyerupai beliau, dan hal ini boleh dikatakan sebuah kebakhilan (kelangkaan).
Para Maha Guru Beliau
Ibnu Hajar sering kali melakukan perjalanan ke berbagai penjuru negeri. Di tengah perjalanan ini, beliau sempat bertemu dengan para tokoh-tokoh yang berpengaruh, juga dengan para maha guru yang berjiwa besar, tulus dalam mengajarkan ilmu. Di antara guru-guru beliau adalah:
        1.     Imam Jalaluddin al-Bulqiniy yang terkenal dengan hapalan yang luas dan banyak mengakaji ilmu.
        2.     Ibnu al-Mulqin yang memiliki banyak karangan.
        3.     Imam al-Iraqi yang berpengetahuan luas di bidang ilmu hadits. Kepada beliau, Ibnu Hajar menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu, kira-kira sepuluh tahun lamanya. Sehingga banyak ilmu yang diperoleh selama berguru pada beliau dalam rentang waktu sepuluh tahun tersebut.
        4.     al-Haitsami yang ahli di bidang hapalan matan-matan hadits dan ketepatan dalam penyampaian.
        5.     al-Fairuz Abadi yang ahli di bidang bahasa.
        6.     al-Ghimariy yang ahli di bidang ilmu-ilmu Arab.
        7.     al-Muhib Ibnu Hisyam dan al-‛Iz Ibnu Jamā‛ah yang ahli dalam berbagai ilmu (multi disiplin),
        8.     at-Tanukhiy yang ahli di bidang ilmu qirā’at dan sanad-sanad yang ‛Aliy (tinggi).
Yang jelas, maha guru Ibnu Hajar banyak sekali, dan nama-nama para maha guru ini beliau kumpulkan dalam sebuah kitab yang berjudul “al-Mujma’-Mu’assas li al-Mu’jam al-Mufahras”.
Kepakaran Ibnu Hajar di Berbagai Bidang Ilmu
            Dengan cita-cita yang tinggi dan semangat yang besar di samping modal kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan hapalan yang begitu kuat serta jeli di dalam memahami persoalan, beliau Ibnu Hajar mampu menyerap segala apa yang disampaikan para gurunya dalam berbagai disiplin ilmu, hingga akhirnya menjadikan beliau sebagai seorang figur yang multi disiplin dalam berbagai bidang ilmu-ilmu keislaman, beliau pun terkenal dan menjadi buah bibir masyarakat. Dan karya-karya beliau banyak yang dijadikan sebagai sumber rujukan, oleh karena faktor selektif dan teliti dan juga faktor-faktor keistemawaan lainnya. Berikut ini klasifikasi dari berbagai bidang kepakaran beliau:
1)      Di bidang Nahwu, Sastra, dan Bahasa.
Di bidang Nahwu, beliau memiliki wawasan yang luas sekali, disertai dengan hujjah-hujjah yang kuat. Kepakaran ini nampak pada saat beliau mengurai berbagai persoalan nahwu yang cukup sulit dan rumit, juga pada saat mengajukan argumentasi dari dalil-dalil al-Qur’an dan hadits, serta pada waktu memberi sanggahan kepada para tokoh-tokoh nahwu.
2)     Di bidang Sejarah.
Beliau gemar sekali mengkaji bidang sejarah, tentang riwayat perjalanan hidup para tokoh sejarah, dan peristiwa-peristiwa penting kesejarahan lainnya. Dan juga tak kalah pentingnya adalah luasnya pengetahuan beliau tentang biografi para perawi hadits. Sehingga dengan begitu, para mitra debatnya sama segan dan berkenan untuk menggunakan hasil-hasil pemikiran beliau. Dan dengan kejernihan hati yang beliau miliki, banyak hal terkait bidang kesejarahan yang dikuasai.
3)     Di bidang Tafsir.
Terhadap kitab suci al-Qur’an, dedikasi yang beliau berikan teramat tinggi. Baik dengan menghapalnya di luar kepala, mendalami isi kandungan maknanya, serta luasnya pengetahuan beliau dalam keragaman jenis bacaan al-Qur’an (ilmu qirā’āt) itu sendiri. Perhatian beliau juga mendalam tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsirnya, tentang nasikh dan mansukh, muthlaq dan muqayyad, redaksi yang umum (‘ām) dan yang khusus (khōs). Dengan demikian, tepatlah bila beliau dinilai sebagai representasi dari tanda kekuasaan Allah (āyat min āyātillah) di bidang tafsir al-Qur’an.   
4)     Di bidang Fiqih.
Metode fiqih beliau memiliki kategori yang berbeda dari corak fiqih pada umumnya. Sebab fiqih yang dikuasai adalah fiqih yang menggabungkan atau mengkomparasikan antar hadits dan fiqih sekaligus. Adalah langka bila dua bidang ilmu ini mampu dikuasai secara bersamaan oleh satu orang, dan beliau tercatat sebagai seorang tokoh yang mampu menguasai dua bidang itu. Imam Ibnu Hajar  berada di garis terdepan di bidang hadits beserta fiqih hadits (fiqh al-hadits). Beliau memiliki kemampuan untuk menggali hukum (istinbath al-hukm) secara langsung dari nash al-Qur’an. Juga memiliki kemampuan dalam mengumpulkan berbagai persoalan-persoalan yang mirip dan memiliki kesamaan hukum dan membukukannya dalam sebuah karangan kitab. Dengan kecakapan yang sedemikian itu, beliau merupakan tokoh dengan tipikal pakar hadits dari golongan ulama fiqih, sekaligus pakar fiqih dari golongan ulama hadits.     
5)     Di bidang Hadits.
Imam Ibnu Hajar adalah seorang pakar yang langka di bidang ilmu hadits, baik dalam sigi periwayatannya beserta dirayah-nya. Mahir dalam penguasaan tentang penyebab kelemahan hadits (al-‘ilal), bidang kritik sanad hadits (naqd al-asānīd), tentang nama-nama para perawi hadits, tentang kepribadian para perawi hadits (ahwāl ar-ruwāt), serta tentang jarh dan ta’dīl. Sedemikian luasnya pengetahuan tersebut, beliau pun menyandang predikat yang terdepan dalam berbagai disiplin ilmu hadits. Dengan demikian, beliau merupakan seorang pakar hadits yang sejati yang benar-benar langka dan tiada duanya, hingga pada akhirnya beliau  menjadi sandaran para generasi setelahnya, subhana-Allah.
Murid – Murid Ibnu Hajar
Keberadaan guru dan murid merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena dengan terpenuhinya kesatuan itu, proses pengamalan ilmu dan pengajarannya dapat berjalan. Dan tugas menjadi seorang pendidik adalah tugas mulia. Jadi, kehadiran seorang murid dapat menjadi perantara kemulyaan seorang guru. Juga sebaliknya, seorang murid menjadi mulia dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari gurunya. Bila di dalam kitab Ihya’ Imam al-Ghazali sempat meriwayatkan sabda Nabi Isa Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang berbunyi:“barang siapa memiliki ilmu, mengamalkan serta mengajarkannya, maka dirinya dipanggil sebagai  orang yang agung di kerajaan langit”, maka keagungan bagi sosok Imam Ibnu Hajar benar-benar komplit dan sempurna. Hal ini ditunjang dengan kesuksesan beliau dalam mengkader murid-murid yang handal, pakar di bidangnya, dan menjadi tokoh besar, yang tentunya mengharumkan nama beliau. Di antara murid-murid Imam Ibnu Hajar adalah:
1)      al-Hāfidz as-Shakhāwiy (831 – 902 H).
Beliau adalah ulama besar yang multi disiplin. Bidang-bidang ilmu yang dikuasainya diantaranya adalah: ilmu sejarah, tafsir, fiqh, bahasa (lughat), dan sastra. Di dalam bidang hadits dan rawi hadits beliau adalah seorang pakar, dan pada masa generasinya ilmu al-jarh wa at-ta’dil terpusat pada beliau. Adapun karya-karyanya adalah Fathu al-Mughits syarah Alfiyah hadits li al-‘Irāqiy, syarah at-Taqrib li an-Nawawiy, al-Maqāsid al-Khasanah, dan syarah as-Syamāil li at-Turmudziy.
2)      Zakariya al-Anshāriy (826 – 926 H).
Beliau adalah maha guru (syaikh al-islam) juga  seorang hakim kepala (qadli qudlat), juga seorang pakar hadits sekaligus ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pengetahuan beliau juga luas di bidang ilmu qirā’at, tasawwuf, nahwu, dan mantiq. Karya-karya beliau di antaranya adalah fathu ar-rahman, Tuhfah al-Bāriy ‘ala shahih al-Bukhāri, syarah Syudzur ad-Dzahab, Ghāyah al-Wushul, Asnal Mathālib syarah Raudz at-Thālib dll.
3)      Al-Kamāl Ibnu al-Hammām (790 – 861 H)
Seorang pakar yang multi disipiln. Bidang-bidang yang dikuasai beliau di antaranya adalah fiqh, ushul fiqh, tafsir, farāidz, tasawwuf, nahwu, shorf dll. Karya-karya beliau yang masyhur di antaranya adalah Fathu al-Qadir syarah al-Hidayah fiqh madzhab Hanafi, at-Tahrir, Zādul Faqīr dll.
4)      Ibnu Tagriy Bardiy (813 – 874 H)
Seorang alim dan sejarawan, di antara karyanya adalah al-Manhal as-Shāfiy wa Mustaufiy ba’da al-Wāfiy, an-Nujūm az-Zhāhirah fi Mulūk Mishr wa al-Qāhirah, Hawadits ad-Dhuhūr dll.
5)      Abu al-Fadzl Ibnu as-Syahnah (804 – 890 H)
Seorang yang ahli di bidang fiqh, ushul, hadits, sastra dan sejarah. Karya beliau di antaranya adalah Thabaqāt al-Hanafiyyah, Nihāyah an-Nihāyah fi syarh al-Hidāyah.
Karya - Karya Ibnu hajar
            Sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hāfidz as-Shakhāwiy di dalam kitab “al-Jawāhir wa ad-Dhurar”, karya tulis Imam Ibnu Hajar kurang lebih mencapai 270 karangan, versi lain sebagaimana dikatakan oleh Imam as-Suyutiy di dalam kitab “Nadzm al-Uqyān” karya tulis Imam Ibnu Hajar mencapai kisaran 198 buah judul, sedangkan menurut Imam al-Biqā’iy karya Ibnu Hajar berjumlah 142 karya. Lain lagi menurut Hāji Khalifah di dalam kitab “Kasyfu ad-Dzunūn”, menurut beliau karya tulis Imam Ibnu Hajar jumlahnya lebih dari seratus judul.
Berikut beberapa nama kitab Imam Ibnu Hajar dengan klasifikasi disiplin ilmu masing-masing: di bidang Aqidah; al-Āyāt an-Nayyirāt fi Ma’rifah al-Khawāriq wa al-Mu’jizāt, dan al-Bahtsu an Ahwāl al-Ba’ts. Di bidang Ilmu-ilmu al-Qur’an; al-Itqān fi Jam’i Ahādīs Fadzāil al-Qur’an, al-Ahkām libayān ma waqa’a fi al-Qirā’āt min al-Ibhām. Di bidang Ilmu-Ilmu Hadits; Bulugh al-Marām, Fathu al-Bāriy syarah Shahih al-Bukhariy, Taqrib at-Tahdzib, Ithāf al-Maharah bi Atrāf al-‘Asyrah, al-Abdāl ash-Shafiyyāt min ats-Tsaqafiyyāt, al-Istidrāk ‘ala al-Hāfidz al-‘Irāqiy fi Takhrīj Ahādīts al-Ihyā’, al-Istidrāk ‘ala Nukat Ibnu ash-Shalah, Athrāf ash-Shahihain ‘ala al-Abwāb wa al-Masānīd, Athrāf al-Firdaus li Addailami, Afrād Muslim ‘an al-Bukhori, al-Intifā’ bi Tartīb ad-Dāraquthni ‘ala al-Anwā’, Tartib al-‘Ilal ‘ala al-Anwā’, Atrāf al-Firdaus li ad-Dailamiy, Taghlīq at-Ta’līq, Atrāf as-Shahihain ‘ala al-Abwāb wa al-Masānīd. Di bidang Sejarah dan Biografi; al-Ishābah fi Tamyiz as-Shahābah, ad-Dhurār al-Kāminah fi A’yān al-Mi’ah ats-Tsāminah. Di bidang Bahasa (lughat); al-Ashlah fi Imamah al-Afshah. Dan tentunya, masih banyak lagi nama-nama kitab yang belum tercantum disini.
Khusus untuk karya beliau dengan judul “Bulugh al-Marām min Adillah al-Ahkām” yang menjadi materi pelajaran utama di Madrasah Putri al-Ghazaliyyah (MPG), disamping juga menjadi materi pelajaran di berbagai lembaga pendidikan di Nusantara, baik Pesantren ataupun Madrasah Diniyyah dan Kurikulum, adalah karya agung di bidang hadits. Sehingga―meskipun dinilai ringkas―mengungguli karya-karya lainnya di bidang hadits, yang keunggulan ini di topang oleh beberapa keistimewaan-keistimewaan yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits yang sudah beredar, terkhusus keunggulan atas kitab “Mutaqa al-Ahbār” karya Majd Ibnu Taimiyyah. Di antara kistemewaan-keistimewaan tersebut adalah:
    1.              Kitab Bulugh al-Marām menyingung tentang tingkatan kualitas sebuah hadits, baik derajat ke-sahihan, hasan, juga ke-dha’ifannya. Keistimewaan ini tidak dijumpai pada kitab Mutaqa al-Ahbār.
    2.              Dalam menghadirkan hadits di setiap bab, kitab Bulugh al-Marām lebih menekankan pada hadits yang sahih.
    3.              Ringkasan-ringkasan hadits dalam Bulugh al-Marām tidak sampai merusak redaksi yang diriwayatkan.
    4.              Menyebutkan tentang al-Jarh dan at-Ta’dil secara ringkas.
    5.              Seringkali menyebutkan para perawi hadits yang tidak termasuk dalam kelompok pemilik kitab hadits yang berjumlah tujuh (ashħab al-kutub as-sab’ah), beserta penjelasan tentang hukum al-Jarh dan at-Ta’dil atas riwayat-riwayat mereka.
    6.              Menuturkan tentang berbagai madzhab dengan tanpa sikap fanatisme kemadzhaban.
Disamping keistimewaan di atas, juga keistimewaan-keistimewaan lain yang menjadikan kitab Bulugh al-Marām ini begitu penting dan menarik perhatian bagi para santri (thalib al-‘ilm), sehingga membangkitkan cita-cita tinggi para ulama untuk mengkaji, memahami dan memanfaatkannya. Tidaklah mengherankan jika pada akhirnya banyak ulama yang memberikan komentar (syarah) bagi kitab Bulugh al-Marām, yang di antaranya adalah: al-Badr at-Tamām, Subul as-Salām, Fathu al-‘Allām, Misk al-Khitām, Ibanah al-Ahkām, Taudhih al-Ahkām, dll.
Yang jelas, produktifitas dari karya beliau yang begitu banyak dan terdiri dari berjilid-jilid kitab, mengajak kita berfikir sejenak mengikrarkan keagungan dan kemulyaan bahwa Allah Subhana wa Ta’ala telah melimpahkan keberkahannya kepada al-Hāfidz Imam Ibnu Hajar. Sehingga waktu, umur dan jiwa-raga beliau benar-benar bermanfaat, sepenuhnya dapat dioptimalkan untuk menghasilkan karya-karya ilmiah yang begitu banyak dan mengagumkan. Bagi generasi di masa sekarang ini, meluangkan waktu sekedar untuk membaca kekayaan intelektual tersebut akan terasa sempit dan pendek, apalagi untuk membikin sebuah karya tulis seperti yang telah beliau goreskan dengan tinta emasnya, bisa dibayangkan betapa pendek dan sempitnya waktu untuk menciptakan karya yang menyamai karya-karya agung beliau itu.   
Beliau meninggal pada tanggal 28 Dzul Hijjah 852 H, dan jenazahnya di shalatkan sebelum Dhuhur di Mushalla ar-Ramilah yang terletak di pinggiran luar kota Mesir. Prosesi pelepasan beliau ke tempat peristirahatan terakhir dihadiri oleh para ribuan pentakziyah yang turut berduka cita atas kepergian beliau, hingga akhirnya jenazah beliau dikuburkan di Qarafah Sugra, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat kasih sayang-Nya kepada beliau, amien. [ ]

[ Refrensi: dirangkum dari beberapa catatan biografi pendek yang terdapat di dalam kitab: Bulugh al-Marām, Ibanah al-Ahkām, Ihya’ ‘Ulūm ad-Dien, Fathu al-Bāri, dan Subul as-Salām ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang Pesantren

PESANTREN TANTANGAN DAN HARAPAN DI ERA GENERASI MILENIAL Oleh : Abdul Kholiq * Prolog Tradisi Pesantren adalah sistem pendidika...